Disiplin Brimob yang Terkenal Keras
Tidak bisa dipungkiri, Brimob dikenal dengan pendidikan militernya yang keras, disiplin ketat, dan mental baja. Latihan fisik ekstrem, simulasi konflik, serta doktrin loyalitas menjadi bagian dari keseharian mereka. Semua itu katanya untuk membentuk personel yang tangguh, tidak takut, dan siap menghadapi tantangan.
Tapi, Kenapa Kerasnya Hanya ke Rakyat?
Lucunya, semua “ketegasan” itu sering terlihat jelas… kalau berhadapan dengan rakyat biasa. Demo mahasiswa, pedagang kecil yang dianggap melanggar aturan, sampai warga desa yang protes lahan—semuanya bisa langsung dicicipi gas air mata, tameng, dan pentungan.
Tapi ketika berhadapan dengan elite yang korupsi triliunan? Ketika rakyat minta aparat berani mengusut pejabat yang menindas? Tiba-tiba kerasnya menguap entah ke mana.
Katanya berani, tapi kok pilih musuh yang lemah?
baca juga: Pendidikan Keras yang Salah Arah
Jika benar pendidikan keras Brimob untuk mencetak sosok berani, kenapa keberanian itu tidak diarahkan ke atas? Padahal rakyat kecil tidak butuh dihajar. Mereka hanya butuh perlindungan. Kerasnya pendidikan akan lebih berguna kalau dipakai menghadapi mafia tanah, kartel tambang, bandar narkoba, atau elite politik yang menindas rakyat.
Saatnya Mengubah Orientasi
Pendidikan keras bukan masalah. Justru bisa jadi aset negara. Tapi keras itu seharusnya digunakan untuk melawan yang benar-benar jahat, bukan melawan rakyat sendiri. Kalau ke rakyat bisa keras, ke elite juga harusnya bisa. Kalau tidak, kerasnya hanya jadi simbol keberanian semu—gagah di jalanan, ciut di istana.