Isu tentang rencana penghapusan Kartu Jakarta Pintar (KJP) telah mencuri perhatian masyarakat. Program yang selama ini menjadi andalan siswa dari keluarga kurang mampu terancam dihapus, menimbulkan tanda tanya besar tentang komitmen pemerintah terhadap pendidikan yang inklusif. Apakah keputusan ini benar-benar bijak, atau justru langkah mundur dalam mendukung akses pendidikan?

KJP: Solusi atau Beban Anggaran?

KJP telah menjadi salah satu program unggulan Pemprov DKI Jakarta dalam memberikan bantuan pendidikan. Program ini dirancang untuk membantu siswa kurang mampu mendapatkan perlengkapan sekolah, biaya transportasi, hingga kebutuhan sehari-hari. Namun, isu penghapusan ini muncul dengan beberapa alasan:

  • Beban anggaran daerah: Pemerintah mengklaim bahwa alokasi dana untuk KJP terlalu besar, sementara ada kebutuhan lain yang dianggap lebih mendesak.
  • Efektivitas program dipertanyakan: Ada laporan tentang penyalahgunaan dana KJP oleh penerima yang tidak sesuai kriteria.

Meski demikian, dampak penghapusan KJP tidak bisa dianggap sepele.

Bagaimana Nasib Siswa Tanpa KJP?

Jika KJP benar-benar dihentikan, ribuan siswa dari keluarga kurang mampu akan kehilangan salah satu bentuk dukungan utama mereka. Berikut adalah beberapa potensi dampaknya:

  • Tingkat putus sekolah meningkat: Banyak siswa yang bergantung pada KJP untuk melanjutkan pendidikan mereka.
    • Ketimpangan pendidikan semakin melebar: Siswa dari keluarga miskin akan semakin sulit bersaing dengan mereka yang berasal dari keluarga mampu.
  • Beban ekonomi keluarga meningkat: Orang tua harus mencari alternatif pendanaan, yang sering kali tidak mudah ditemukan.

Baca Juga: Masa Depan Pendidikan di Jakarta: Apakah Semua Anak Mendapatkan Hak yang Sama?

Alternatif Solusi untuk KJP

Daripada menghapus KJP sepenuhnya, pemerintah dapat mempertimbangkan alternatif berikut:

  1. Evaluasi dan perbaikan sistem distribusi
    • Pastikan dana KJP hanya diterima oleh siswa yang benar-benar membutuhkan melalui validasi data penerima.
  2. Penggunaan sistem digital untuk pemantauan
    • Aplikasi khusus dapat digunakan untuk memastikan dana digunakan sesuai kebutuhan pendidikan, seperti pembelian buku atau perlengkapan sekolah.
  3. Diversifikasi sumber pendanaan
    • Pemerintah bisa menggandeng sektor swasta untuk mendukung program ini melalui CSR.

Apakah Pendidikan Akan Menjadi Hak Istimewa?

Penghapusan KJP membawa kekhawatiran besar: apakah pendidikan akan kembali menjadi hak istimewa bagi mereka yang mampu saja? Padahal, salah satu tujuan utama KJP adalah memberikan kesempatan yang sama bagi semua anak untuk mendapatkan pendidikan berkualitas, terlepas dari latar belakang ekonomi.

KJP Harus Diperbaiki, Bukan Dihapus

KJP bukan sekadar program bantuan, melainkan simbol komitmen pemerintah untuk mewujudkan pendidikan yang inklusif. Daripada menghapusnya, pemerintah seharusnya mencari solusi untuk meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan program ini. Sebab, masa depan generasi muda tidak boleh dikorbankan hanya karena persoalan anggaran atau ketidakefisienan sistem. Pendidikan adalah investasi terbaik, dan KJP adalah salah satu jalannya.